“Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.”
– Yudas 1:16
Kadang-kadang keluhan datangnya bukan karena kesusahan dan kesulitan, tapi kita mengeluh karena merasa hidup kita tidak sebaik tetangga, atau orang lain, selalu merasa kurang, dilain pihak juga ada pihak lain yang menginginkan kehidupan seperti kita.
“Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.”
– Bilangan 11:5
Jadi intip-mengintip, menginginkan kehidupan orang lain adalah perilaku kehidupan yang keliru, sebab akan memancing iri hati dan sungut-sungut, selalu melihat masa lalu.
“Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.”
– Bilangan 11:6
Selalu merasa kurang dan merasa tidak puas dengan apa yang ada pada kita, tersesat oleh opini yang kita ciptakan sendiri, yang menyesatkan asumsi pola pikir yang keliru yang sangat menyesatkan jalan hidup kita.
“Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari.”
– Mazmur 32:3
Keluhan merusak seluruh sendi-sendi kehidupan, kita kehilangan gairah hidup, tubuh dan jiwa kita menjadi sakit.
“Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!”
– Mazmur 32:11
Padahal hidup yang terindah bukan karena banyaknya harta, bukan karena tingginya kedudukan dan status sosial, melainkan kita isi dengan ucapan syukur tanpa rasa iri, cemburu terhadap kelebihan orang lain, sebab kelebihan mereka belum tentu mengalahkan kelebihan yang kita miliki.
Jadi bersyukur dan bersuka-citalah atas hal apapun yang ada, sebab inilah yang terbaik yang sudah Tuhan berikan bagi kita. Amin.